0

Saya Beruntung

image
PACAR,selalu identik dengan anak muda. Suatu hubungan yang terkadang isinya hanya bersenang senang untuk sebagian pasangan. Untuk saya pacar bukan hanya untuk bersenang senang,tetapi pacar adalah orang terdekat setelah keluarga,orang yang kita yakini bisa menjadi teman,kakak,adik,sahabat. Orang yang selalu akan mendengarkan keluh kesah kita. Salah satu nama yang sering kita sebut dalam do’a,orang yang akan menjabat tangan ayah kita dan mengucapkan kalimat ijab qabul dengan lantang,orang yang selalu kita impikan untuk mendampingi kita di masa depan.

Ya,saya menerima orang berseragam biru muda yang saya temui di tengah selat sunda beberapa waktu lalu untuk menjadi pacar saya. Bukan karena seragamnya,bukan karena harta atau fisiknya,tetapi kenyamanan. Saya sekarang tahu arti kebahagiaan. Kebahagiaan yang melebihi kebahagiaan saat saya mendapatkan boots incaran saya,kenahagiaan yang melebihi kebahagiaan saat saya memiliki jam tangan baru,kebahagiaan yang melebihi kebahagiaan saat saya dinyatakan lulus sekolah. Kebahagiaan ini berbeda.

Jika saya seperti sebagian perempuan di luar sana yang biasanya akan melihat laki-laki yang berwajah tampan atau berdompet tebal,saya tidak akan memilih orang yang saat ini berada disamping saya. Bagaimana tidak,dia bukanlah laki-laki tampan incaran banyak perempuan,dia bukanlah anak orang kaya,dia tidak mempunyai kendaraan mewah yang bisa dia banggakan,diapun belum memiliki apa-apa,dia tidak lebih dari seorang laki-laki yang sedang menempuh pendidikan di sebuah akademi pelayaran,laki-laki yang sedang berjuang untuk membahagiakan orangtuanya dan keluarga kecilnya kelak.

Jika sebagian pasangan memilih untuk pergi berbelanja di mall besar,atau makan malam di restoran mewah,maka kami bukan salah satu dari mereka. Kami lebih memilih untuk makan di warung bakso pinggir jalan di dekat stasiun tangerang,atau pergi ke bogor berdesak desakan di dalam kereta untuk membeli segelas es duren dan sepiring asinan. Bagi kami,naik kendaraan umum itu lebih menyenangkan,kita bisa berbagi,walau hanya berbagi tempat duduk.

Saya beruntung.
Saya beruntung bukan karena dia seorang calon pelaut dengan gaji besar. Saya beruntung karena saya tidak salah pilih. Saya beruntung karena saat saya menjadi pacarnya,saya merasa dihargai,didukung saat kita mengambil sebuah keputusan yang positif,diberi nasehat saat kita melangkan ke arah yang salah,didengarkan saat kita berkeluh kesah ataupun bercerita panjang lebar tentang kehidupan kita dan menerima kebiasaan kita yang mungkin menurut orang agak aneh.

Saya beruntung…

0

Punya pacar pelaut?? siapa takut!!

“Kok mau si pacaran sama taruna pelayaran? kan jarang ketemu,jarang komunikasi.”

“Nanti kalo udah nikah ditinggal mulu lho..emang sanggup ngurus anak sendirian?”

“Jangan mau sama pelaut,nanti istrinya banyak,di setiap pelabuhan ada istrinya”

“Punya pacar tp berasa gak punya pacar,gak capek??”

Mungkin kalian yang mempunyai pacar atau suami yang berprofesi sebagai pelaut sudah tidak asing dengan pertanyaan seperti pertanyaan di atas. Ya,memang sebuah kewajiban mempunyai stock sabar yang lebih dari pasangan lain untuk pacar atau istri seorang pelaut. Jujur saja memang sangat berat rasanya mempunyai status pacar atau istri dari pelaut. Mulai dari jarangnya komunikasi dan pertemuan hingga tidak mempunyai tempat untuk sekedar berbagi cerita. Hal ini pun sedang saya rasakan,mulai dari pertanyaan pertanyaan dan pandangan negatif tentang pelaut dari orang di sekitar kita,terkadang terasa lelah untuk berada disituasi seperti ini untuk waktu yang lama,tetapi saya selalu mengingatkan diri saya sendiri bahwa setelah semua rintangan ini kami akan mendapatkan kebahagiaan. Jika medapatkan pertanyaan seperti pertanyaan-pertanyaan di atas,cukup jawab dengan senyuman lalu “tergantung pribadi masing-masing,tidak semua pelaut seperti itu” dan hal itu sudah saya buktikan. Tidak hanya sekali saya menjalin hubungan dengan seorang taruna pelayara,ini yang kedua kalinya,dan mereka semua telah membuktikan,bahwa tidak semua pelaut itu playboy,tidak semua pelaut doyan selingkuh,dan LDR itu tidak terlalu menyiksa.

Beberapa tahun lalu saya menjalin hubungan dengan seorang taruna pelayaran yang sedang menjalani pendidikan di Semarang,sedangkan saya berada di Jakarta,hampir satu tahun kami menjalani LDR,hampir sbulan sekali Dia ke Jakarta untuk menemui saya atau pun ada urusan lain,diwaktu yang singkat itu kami selalu menyempatkan diri untuk bertemu,berbagi cerita atau sekedar menyalurkan hobi di tempat karaoke,setelah beberapa bulan resmi pacaran,waktunya prola pun tiba,saya yang tidak pernah pacaran dengan pelaut pun dihadapkan dengan rintangan yang menurut saya sangat berat, kami tidak dapat terus terusan bertukar kabar seperti biasa,karena di laut tidak ada sinyal, hari yang ditakutkan pun tiba, saya mengantarnya ke bandara,Dia harus ke Kalimantan karena kapal tempat Dia praktek sedang berada di sana.

Air mata tak sanggup lagi dibendung,semua kecemasan, kesedihan dan ketidakrelaan pun tumpah saat Dia harus check in,tetapi dengan senyuman tulus Dia berusaha meyakinkan saya bahwa semuanya akan baik baik saja. Setelah dia sampai di Kalimantan dan memberi kabar bahwa kapalnya akan segera berlayar, semua fikiran negatif mulai bermunculan,tetapi lagi-lagi Dia meyakinkan saya,semuanya akan baik-baik saja.

Dua bulan pertama terasa begitu berat. Tidak ada teman untuk berbagi, tidak ada yang memberi kejutan seperti biasanya, tidak ada yg menanyakan bagaimana hari saya. Jika rindu datang yang bisa saya lakukan adalah melihat foto foto kami,membaca pesan dari Dia, atau mengingat semua kejutan kejutan manis yang biasa Dia berikan, daj yang paling saya ingat adalah saat dia memberi kejutan kue ulang tahun dan mengajak saya pergi berdua saat ulang tahun saya.

Pernah juga suatu ketika Dia menelepon saya memberitahu bahwa Dia melihat selimut bergambar peri favorit saya Tinker Bell,tetapi selimut itu sudah dibeli orang,lalu Dia jg memberitahu saya bahwa Dia tidak jadi ke Jakarta karena kehabisan tiket,tetapi keesokan harinya pukul 6.30 dia menelepon saya,karena yang saya dengar sangat berisik dan sperti suara kendaraan,akhirnya saya menanyakan sedang berada di mana Dia saat ini,dia hanya meniawab “lagi di jalan,mau cari sarapan” dan saya langsung menyuruhnya untuk mematikan sambungan telepon karena Dia sedang berkendara, tetapi dia menolaknya dan mengajak saya untuk mencari sarapan berdua, tentu saja saya tertawa karena yang saya tahu Dia sedajg berada di Semarang, lalu dia menyuruh saya untuk ganti baju lalu ke kampus karena dia sudah ada di depan kampus saya.

Saat prola akan berakhir suatu sore dia menelepon saya,memberi tahu bahwa besok Dia akan ke Jakarta,karena masa prola sudah berakhir, lalu dia mengirimkan pesan yang isinya kode booking dan jadwal keberangkatan,dia berpesan agar mengirimkan pesan itu kembali besok pagi karena dia takut lupa menyimpannya. Keesokan hari pukul 6.00 dia kembali menelepon saya, saya yang kesal karena tidur saya terganggu akhirnya menjawab perntanyaannya dengan ketus, tetapi dia hanya tertawa kemudian menyuruh saya bangun,kemudian ke balkon atau melongok ke luar jendela, dan rasa kesal pun berganti dengan kebahagiaan luar biasa, saya sampai jingkrak jingkrak dan senyum senyum sendiri saat yang saya lihat adalah orang yang sangat saya sayangi dan saya tunggu tunggu sudah berada di depan gerbang.

etapi beberapa bulan kemudian kami memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami,bukan karena profesinya,bukan karena salah satu diantara kami tidak setia tetapi kami akhirnya menyadari bahwa kami hanya cocok sebagai sahabat,bukan pacar, saya tidak menyesal karena saya sudah membuktikan bahwa pelaut juga bisa setia.

Empat bulan lalu jg akhirnya saya mendapatkan pasangan baru, san lagi-lagi taruna pelayaran, memang lebih banyak rintangannya karena Dia wajib tinggal di asrama, dan tidak diperbolehkan membawa handphone,berbeda dengan yang dulu yang tidak tinggal di asrama. Pacar saya yang sekarang pun sangat perhatian dan sering memberikan kejutan kejutan kecil yang bisa membuat saya tersenyum tanpa bisa mengeluarkan kata-kata.

He is my sailor and i love him :*

1

Halo dunia!

Ini adalah pos pertama Anda. Klik tautan Sunting untuk mengubah atau menghapusnya, atau mulai pos baru. Jika Anda menyukai, gunakan pos ini untuk menjelaskan kepada pembaca mengapa Anda memulai blog ini dan apa rencana Anda dengan blog ini.

Selamat blogging!